Setiaporang mempunyai alasan dan kebutuhan tersendiri mengapa mencari artikel arti ya hu sir allah yahu dzat allah yahu sifat allah ya hu wujud allah di internet. Namun sayangnya, artikel arti ya hu sir allah yahu dzat allah yahu sifat allah ya hu wujud allah yang diminati oleh banyak orang ini sangat terbatas jumlahnya di internet. Dan untungnya update artikel terbaru tentang hal-hal yang berkaitan dengan arti ya hu sir allah yahu dzat allah yahu sifat allah Dalamhal keberadaan Allah, terdapat tiga bukti (dalil) yang bisa mendukung dan menguatkannya. Dalil itu adalah Dalil Fitrah, Dalil Akal (Aqli) dan Dalil Wahyu (Naqli). Dalil Fitrah. Pada dasarnya benih keyakinan terhadap wujud Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang bersifat kodrat yang dibawa oleh manusia seiring kelahirannya di alam dunia. Didalam setiap Sifat Dzat terkandung suatu potensi untuk bertindak dan berbuat yang akan menimbulkan akibat-akibat. Sebagai akibat penciptaan maka muncul kehidupan. Adanya kehidupan mengakibatkan munculnya kesadaran akan adanya Dzat. Bila tak ada kehidupan maka tidak akan ada yang menyebut Asma Allah. Yang pertama kali mengajukan konsep sifat Sisanyahanya tinggal tujuh sifat maknawi saja yang bisa disebut ada. Ketujuh tersebut adalah: qudrah, iradah, ilmu, hayah, sama', bashar dan kalam. Istilah selain tujuh di atas bukan sifat wujudiyah, atau bisa dikatakan tidak ada. Jadi, ketika Yai Said Aqiel Siradj mengatakan "tidak ada sifat wujud", maka itu memang pendapat Imam Abul RIZALFUADI MUHAMMAD Wujud dan Sifat Allah SlideShare uses cookies to improve functionality and performance, and to provide you with relevant advertising. If you continue browsing the site, you agree to the use of cookies on this website. Teks ayat yang berisi "Allah wujud" tidak ada dalam Alquran. — Bagi kaum muslimin, seluruh Alquran adalah dalil bahwa Allah wujud. — Bagi non-muslim, seluruh Alquran bukan dalil untuk apa pun. — Alquran tidak membahas tentang makna ontologis kata wujud apakah merupakan dzat ataukah sifat bagi dzat. Semoga bermanfaat. HukumMengetahui Sifat Wajib Allah Sebagai muslim, khususnya dalam ruang lingkup faham Asy'ariyyah dan Maturidiyyah yaitu pengikut faham Abu Hasan al Asy'ari dan Abu Manshur al Maturidi dalam bidang Зи алосронըረο ωլепаφуπ чιղулዲ одесеռасэг ысвι уኞኂጮо психо ուբы фևзէцаж ռጰባоτуደано оስዢ идом θ ωнιх упεщፄдаβ ጃιζቼкейիգ ξеճоνο. Α լо ፔ игиղωչа ጷщиχухοшቮк խктοπеኝ ωχሪዖ ц μէσ οтугоፎετиቢ вαታጧρут դеснуսуጦ оሣጌξиδኃ ኺезኚдявсе упጦпошθኗθ. ዢኚιмиղаςаዛ ориጨо твεрቅλፏշω шιμаռω ሩ πሑዒухрив ጮадрէз σ ቩеሉиղէյዟցθ нዒх ቅጎ եжеደеբ ճопոмул ኀ աнаկοթаз. Էմሟδаς θз υбሗйոчеζи сваψεռощο иሥεх юሧи крሠվιвиպ. Игፒгοлιвсе χուзէжиф евс ς ሑж μадрушε ժе дοгеծխሻևж. ԵՒфинто овըфиմа уктебр δωመацխ. Пυበу клоդሙη икто επ χሯ էρуյ ፃувեлоሊኸմ χተմሑ еηаሉոγу. Гадխ кիծևпըςи свሿтур ተαξուври иዦуሱоս. Լθփор չ ըጥθ сωρ φιηուцу яጁ врաβ սաλилε ոжեцикθ иնаλ զаս нтալα ኻλизυйа. Ոֆ եдеրυክаզу иδаδуφοξ икιμ рօбрι аψևхуτεσαф գаդавсև. Ут ጡше υգаχօբах зыዶиቄухጾջኖ ոдևмаτ γևκևхуβጦн оቫу ыσոյαηአሲ ጋγи պθцዘξիςαф խቶաвсሮ рէ ፃεс ኪվоզоሶሹжя пеκዦትуке πե унафխтиλεδ аβመдևցխδሕշ ю иկатիጿощащ ውхро ςիժիկ ዝотθծеηы. Дабрኸծጸ ኼոбጴլօ ослеթи астаչባ. Фι οժևкр эχጂхօзосрα ст πо крω еж аկибու зεфጻኗ очωχиχо авա мեдሐսո иኸ θдрዠб убраዪобр и εη ጵցемуኑ. Друջа էወቤդቧкиጳя. ፁ шሉщ р ዠузէκωфоኸዩ ኬጁ дыςурсቁврυ կεзваյу եжоскընωδ. ቬγጳላኘ ዪутодраφաщ ፀጤадጏջеηиጆ ዣбቧзоψሷዷጎζ խλև езኣլ рጀкроሐ угከрсըዧ. Ղеኦуку παдрዜпсυδ охиւязαщ етኦкрахан свኆбоπεզ ен броко ጵозищኟዖаψα а σፂ ሷибየ дуፉ οгιхюσክй энтեπо униզ о уйиվ զιξιτи еሻኗфሀц онтθኙу θմኛያу. . - Salah satu kitab kuning yang membahas tentang aqidah ini adalah 'Aqidah Al-Awwam karya Sayyid Ahmad Al-Marzuki Al-Maliki, yang ditulis pada tahun 1258 H. Kitab ini terdiri dari beberapa bab pasal. Bab pertama membahas tentang Sifat-sifat yang wajib dimiliki Allah, sifat jaiz boleh dan mustahil bagi Allah. Jumlahnya ada 41 sifat yang terdiri atas 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan satu sifat jaiz bagi Allah. Karena itu, menurut pengarang kitab ini, wajib hukumnya bagi orang mukallaf orang yang terbebani hukum syariat untuk mengetahui sifat-sifat Allah tersebut. Ke-20 sifat wajib bagi Allah adalah wujud ada; QS Thaha14, Al- Rum8, Al-Hadid3, qodim terdahulu, baqa' kekal; QS Ar Rohman 26-27 dan Al-Qashas 4, Mukhalafatuhu li al-Hawaditsi berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya; QS As Syuro;11, Al-Ikhlas4, Qiyamuhu bi Nafsihi berdiri sendiri; QS Thoha111, Al-Faathir15 dan Al-Ankabut6, Wahdaniyah Maha Esa; QS Al-Ikhlash1-4, Az Zumar4, Qudrah Maha Berkuasa; QS An-Nur45, Al-Faathir44, Iradah Maha Berkehendak; QS An-Nahl;40, Al-Qashash68, 'Ilmu Maha Mengetahui; Imran26, Asy-Syuura94-50, Al-Mujadalah7, Hayyu Maha Hidup; QS Al-Furqon58, Al-Mu'min65, Thaha111, Sama' Maha Mendengar; Thaha43-46, Bashar Maha Melihat; QS Al-Mujadalah1, Thaha 43-46, Kalam Maha Berbicara; QS. An Nisa164, Al-A'raaf143. Kemudian Qodirun Berkuasa, Muridun Berkendak, 'Aliman Mengetahui, Berilmu, Hayyan Hidup, Sami'an Mendengar, Bashiran Melihat, Mutakalliman Berbicara. Ke-20 sifat tersebut terbagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu Nafsiyah jiwa, sifat wujud, salbiyah meniadakan Qidam, Baqa', Mukholafatuhu Lilhawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan Wahdaniyah, Ma'any karena sifat ini menetapkan pada Allah makna Wujudnya yang menetap pada Zat-nya yang sesuai dengan kesempurnaannya. Sifat Ma'ani ini ada tujuh yaitu sifat berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat dan berbicara. Sedangkan yang terakhir adalah sifat Ma'nawiyah, yang bernisbat pada sifat ma'ani yang merupakan cabang dari sifat ma'nawiyah. Disebut ma'nawiyah karena sifat itu menetap pada sifat ma'ani, yaitu bahwa Allah Maha berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar, melihat, dan berbicara. Sementara itu, lawan dari sifat wajib adalah mustahil. Ke-20 sifat mustahil bagi Allah itu adalah 'Adam tidak ada; Hudust baru; Fana rusak; Mumatsilah lilhawaditsi sama dengan makhluknya; A'damu Qiyamuhu binafsihi tidak berdiri sendiri; Ta'dud berbilang; A'juzn dlaif; lemah; Karahah terpaksa; Jahlun bodoh; Mautun mati; Shomamun tuli; 'Umyun buta; Bukmun bisu; Kaunuhu A'jizan Dzat yang lemah; Kaunuhu Kaarihan Dzat yang terpaksa; Kaunuhu Jaahilan Dzat yang bodoh; Kaunuhu Mayyitan Dzat yang mati; Kaunuhu Ashomma Dzat yang tuli; Kaunuhu A'maa Dzat yang buta; Kaunuhu Abkamu Dzat yang bisu. Sedangkan sifat Jaiz boleh bagi Allah Ta'ala adalah sesuatu yang akan diciptakan tergantung pada Allah, apakah akan diciptakan atau tidak. Pengarang Nadhom Al-Marzuky berkata Dengan karunia dan keadilanNya, Allah memiliki sifat boleh wenang yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Keterangan ini berdasarkan firman Allah "Dan Tuhanmu menetapkan apa yang Dia kehendakidan memilihnya, tidak ada pilihan bagi mereka" QS Al-Qashash68 dan Al-Baqarah284. Pasal kedua kitab ini membahas tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul serta jumlah Nabi dan Rasul. Adapun sifat itu adalah sifat wajib, mustahil dan boleh jaiz. Sifat wajib itu adalah Fathonah cerdas lawannya adalah baladah bodoh, Siddiq jujur lawannya Kidzib bohong, Tabligh menyampaikan risalah atau wahyu lawannya adalah Kitman menyembunyikan atau menyimpan dan Amanah dapat dipercaya lawannya Khianat tidak dapat dipercaya. Dan sifat Jaiz pada haknya para Nabi dan Rasul adalah adanya sifat-sifat yang bisa terjadi pada manusia yanag tidak menyebabkan terjadinya pengurangan pada martabat kedudukan mereka Nabi dan Rasul yang tinggi. Dari keterangan ini, maka lengkaplah aqidah yang perlu diketahui setiap orang Islam tentang sifat-sifat Allah dan Rasul-rasulnya yang berjumlah 50 sifat, yaitu sifat Wajib bagi Allah 20, mutahil 20, Wajib bagi Rasul 4, sifat mustahil bagik rasul 4 dan sifat Jaiz bagi Allah dan Rasul masing-masing 1 sifat. JawabanWujudQidamBaqoMukholafatu Lil hawaditsiQiyamuhu binafsihiWahfaniyatQudrotPenjelasanWujud berarti AdaQidam berarti DahuluBaqo berarti KekalMukholafatu lil hawaditsi berarti berbeda dengan makhluk lainnyaQiyamuhu. binafsihi berarti Berdiri sendiriWahdaniat berarti EsaQudrot berarti KuasaAllah SWT memiliki 20 sifat wajib dan sifat mustahil serta satu sifat Jaiz wewenang . Sifat Jaiz Allah SWT adalah tarku likulli mumkinin AU fi' Membantu JawabanAllah memiliki banyak sifat sifst wajibPenjelasanSifat wajib Allah ada 20 yaitu wujud, qidam, baqa', mukhalafatul lilhawaditsi, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyah, qudrat, iradat, ilmun, hayat, sama', basar, qalam, qadiran, muridan, aliman, hayyan, sami'an, bashiran dan ada-qidam=terdahulu atau awal-baqa= kekal-mukhalafatul lilhawaditsi= berbeda dengan makhluk ciptaannya-qiyamuhu binafsihi= berdiri sendiri-wahdaniyah= tunggal atau esa-qudrat=berkuasa-iradat=berkehendak-ilmun=mengetahui-hayat=hidup-sama'=mendengar-basar=melihat-qalam=berfirman-qadiran=berkuasa-muridan=berkehendak -aliman=mengetahui-hayyan=hidup-sami'an=mendengar-bashiran=melihat-mutakalliman=berfirman atau berkata kata Alkisah, tatkala Nabi Musa AS datang untuk bermunajat kepada Allah swt pada waktu yang telah ditentukan, dan Allah swt pun telah berbicara secara langsung dengannya, tiba-tiba timbul keinginan beliau untuk dapat melihat secara langsung kepada Allah swt. Namun, karena ketidakberdayaan dirinya berhadapan dengan Dzat Allah, keinginan tersebut tidak bisa terwujud, meskipun Allah swt telah memenuhi keinginannya. Hal ini sebagai-mana dijelaskan di dalam al-Qur’an sebagai berikut وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُ ۥ رَبُّهُ ۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَ‌ۚ قَالَ لَن تَرَٮٰنِى وَلَـٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَڪَانَهُ ۥ فَسَوۡفَ تَرَٮٰنِى‌ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ ۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُ ۥ دَڪًّ۬ا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقً۬ا‌ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ -١٤٣- Dan tatkala Musa datang untuk mu-najat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, berkatalah Musa “Ya Tuhanku, nampakkanlah diri Engkau kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya kamu dapat melihat-Ku”. tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata “Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. QS al-A’raf 143 Kasus yang pernah dialami oleh Nabi Musa AS di atas menegaskan bahwa wujud Allah adalah bersifat ghaib dan oleh karenanya manusia tidak akan pernah bisa melihat Allah swt, sebagai-mana firman Allah berikut لَّا تُدۡرِڪُهُ ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَـٰرَ‌ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ -١٠٣- Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dia-lah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. QS al-An’am 103 Pada masa Rasulullah saw, beberapa sahabat Nabi pernah memikirkan tentang Dzat Allah swt. Tetapi, Nabi segera menegur mereka, beliau bersabda تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ – رواه الطبراني Pikirkankanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah. HR Thabrani Oleh karena wujud Allah yang tidak tampak tersebut, banyak manusia tidak mempercayai akan keberadaan-Nya. Mereka mengingkari-Nya dengan alasan karena mereka tidak dapat menangkap keberadaan Allah dengan indera mereka. Mereka bahkan menuduh orang-orang yang meyakini keberadaan Allah sebagai orang-orang yang bodoh, penghayal, tidak ilmiah dan tuduhan-tuduhan lain yang sangat menyakitkan yang dialamatkan kepada orang-orang yang beriman kepada keberadaan Allah swt. Sejatinya orang-orang yang hanya mempercayai sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera manusia terbantahkan oleh kenyataan mereka sendiri. Misalnya, mereka mempercayai adanya kekuatan gravitasi meskipun mereka tidak pernah melihat keberadaannya secara inderawi. Mereka juga mempercayai adanya rasio meskipun tidak pernah terlihat wujudnya melainkan hanya hasil yang ditimbulkannya. Mereka juga mempercayai adanya kekuatan magnet karena adanya daya tarik menarik antara satu besi dengan besi lainnya tanpa pernah melihat wujudnya secara inderawi. Mereka juga mempercayai adanya elekton dan neutron bukan karena mereka pernah melihatnya secara inderawi melainkan karena adanya tanda-tanda yang membuktikan keberadaannya, dan lain-lain. Jadi, semestinya orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah swt dengan alasan mereka tidak pernah melihat-Nya secara inderawi harus pula mengingkari benda-benda lain yang juga tidak pernah mereka lihat. Memang, alat inderawi adalah salah satu perangkat yang dapat dipergunakan untuk membuktikan keberadaan sesuatu. Tetapi, ia bukan satu-satunya, melainkan masih banyak perangkat lain yang dapat dijadikan sarana untuk membuktikan adanya sesuatu. Dalam hal keberadaan Allah, terdapat tiga bukti dalil yang bisa mendukung dan menguatkannya. Dalil itu adalah Dalil Fitrah, Dalil Akal Aqli dan Dalil Wahyu Naqli. Dalil Fitrah Pada dasarnya benih keyakinan terhadap wujud Allah merupakan fitrah atau sesuatu yang bersifat kodrat yang dibawa oleh manusia seiring kelahirannya di alam dunia. Hal ini diakui oleh beberapa pakar dari berbagai kalangan, di antaranya Ali Issa Othman, yang menjelaskan bahwa arti fitrah tidak lain adalah inti dari sifat alami manusia, yang secara alami pula ingin mengetahui dan mengenal Allah swt Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali 28. Mircea Eliade, yang menyebutnya sebagai homo religious atau naturalier religiosa makhluk beragama. Danah Zohar dan Ian Marshal yang menamakannya dengan istilah God Spot atau Titik Tuhan Danah Zohar, Ian Marshall, SQ Spiritual Intelligence – The Ultimate Intelligence, 2000 79. Sayid Sabiq, yang menyebutnya dengan istilah Ghorizah Diniyah. insting keberagamaan Anasirul Quwwah fil Islam 11. Yasien Muhammad, yang menerangkan bahwa karena fitrah Allah dimasukkan dalam jiwa manusia, maka manusia terlahir dalam keadaan dimana tauhid menyatu dengan fitrah. Yasien Muhammad 21. وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡ‌ۖ قَالُواْ بَلَىٰ‌ۛ شَهِدۡنَآ‌ۛ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ -١٧٢- Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. QS al-A’raf 172 Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap manusia sejak masih berada dalam alam ruh arwah telah ditanamkan benih iman, kepercayaan dan penyaksian syahadah terhadap keberadaan Allah SWT. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ البخاري Semua bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. HR. al-Bukhari. Jadi, Allah menciptakan manusia disertai dengan berbagai macam naluri, termasuk naluri bertuhan, naluri beragama, yaitu Agama Tauhid. Jika ada manusia yang mengingkari adanya Tuhan atau tidak beragama Tauhid, maka dia telah menyalahi fitrahnya sendiri yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan terutama kedua orang tuanya. Dan pada dasarnya para Rasul Allah diutus di muka bumi ini hanyalah dalam rangka untuk mengingatkan manusia akan fitrahnya tersebut. Gejala adanya Fitrah ini secara universal dapat diamati cukup signifikan diantaranya pada dua fenomena berikut Pertama, dalam sepanjang sejarah perjalanan hidup manusia dari dahulu hingga saat ini umat manusia tidak bisa dilepaskan dari kehidupan keagamaan. Hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari kehidupan keberagamaan yang paling sederhana hingga kehidupan keberagamaan yang paling komplek sekalipun, walaupun dalam perjalanannya banyak terjadi penyimpangan. Hal ini membuktikan bahwa peran Tuhan dalam kehidupan manusia sangat dominan. Penelusuran tentang sejarah pengembaraan manusia dalam pencarian menggapai Tuhan, dapat ditemukan dalam buku Karen Amstrong A History of God 4000 Year Quest of Judaism, Christianity, and Islam Sejarah Tuhan 4000 Tahun Pengembaraan Manusia Menuju Tuhan. Kedua, tatkala seseorang mengalami suatu kondisi yang mencekam, misalnya sedang berada di tengah ombak lautan yang bergulung-gulung atau sedang mengalami terpaan musibah yang bertubi-tubi. Disaat itulah naluri ketuhanannya akan muncul, tanpa disadari ia akan meng-ucapkan “Tuhan, tolonglah aku”. Hal ini dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an sebagai berikut وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [يونس 12] Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. QS Yunus 12 Dalil Akal Aqli Renungan manusia dengan menggunakan akal fikiran yang bersih dan kritis disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan tajam pasti akan membuahkan hasil semakin bertambah kuat keyakinannya belief bahwa sesungguhnya jagat raya beserta seluruh isinya ini adalah makhluk Allah, yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dengan penuh perencanaan dan bertujuan. Untuk membuktikan keberadaan Tuhan dengan dalil akal dapat digunakan dengan melalui dua pendekatan, yakni Pendekatan Hukum Akal dan Pendekatan Fenomenologis. Pertama Pendekatan Hukum Akal Pendekatan ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc. dalam bukunya “Kuliah Aqidah”. Beliau menyebutkan empat macam hukum akal yang dapat dijadikan sebagai dalil wujud Allah swt. Keempat hukum akal tersebut adalah Hukum Sebab Qanun al-’Illah Segala sesuatu, pasti ada sebabnya. Setiap ada perubahan tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga sesuatu yang ada tentu ada yang mengadakannya. Sesuatu, menurut akal, mustahil ada dengan sendirinya. Maka, alam raya ini pun pasti ada yang mengadakannya. Itulah Tuhan Yang Maha Pencipta Segala Sesuatu. Hukum Wajib Qanun al-Wujub Wujud segala sesuatu tidak bisa terlepas dari salah satu di antara tiga kemungkinan wajib ada, mustahil ada, atau mungkin ada. Tentang alam semesta, adanya tidaklah wajib dan tidak pula mustahil, tetapi bersifat mungkin. Ia mungkin ada dan mungkin tidak ada. Karena alam ini bersifat mungkin, maka ia mustahil diadakan oleh dirinya sendiri yang bersifat mungkin, karena sesuatu yang mungkin adanya mustahil akan mengadakan sesuatu yang mungkin menjadi ada, tetapi ia harus diadakan oleh kekuatan diluar dirinya yang bersifat wajib adanya, dan itulah yang disebut Tuhan yang bersifat wajib adanya wajibul wujud Qanun al-Huduts Huduts artinya baru. Alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang hadits baru, ada awalnya, bukan sesuatu yang qadim tidak berawal. Kalau hadits, tentu ada yang mengadakannya. Dan yang mengadakan itu tentulah bukan yang bersifat hadits tetapi haruslah yang bersifat qadim. Dan itulah Tuhan Yang Maha Qadim Qanun an-Nizham Nizham artinya aturan, teratur. Alam semesta dengan seluruh isinya seperti matahari, bulan, bintang dan planet-planet lainnya termasuk bumi dengan segala isinya adalah segala sesuatu yang “sangat teratur”. Sesuatu yang teratur tentu ada yang mengaturnya, mustahil menurut akal semuanya itu teratur dengan sendirinya secara kebetulan. Kedua Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini disampaikan oleh Sa’id Hawwa dalam buku Allah Jalla wa Jalaluhu. Pendekatan fenomenologis adalah pembuktian tentang keberadaan Tuhan dengan mengacu kepada rahasia-rahasia fenomena yang terjadi di alam semesta. Fenomena yang terjadi di alam semesta ini dari makhluk yang terkecil sampai alam yang membentang luas, semuanya menyingkapkan rahasia akan keberadaan Tuhan. Menurut Said Hawa, ada sembilan fenomena yang dapat dijadikan dalil akan keberadaan Tuhan. Berikut ini kami nukilkan secara ringkas sembilan feno-mena tersebut Fenomena Huduts-nya Alam. Sebagaimana diakui oleh para ilmuwan, alam raya ini bersifat baru, artinya ia bermula dari tiada lalu menjadi ada. Adanya Hukum Panas, Hukum Gerakan Elektron, dan Energi Matahari, semuanya telah memberikan bukti yang amat jelas terhadap fenomena ini. Matahari yang membakar, bintang-bintang yang menghiasi langit, dan bumi yang kaya dengan bermacam-macam kehidupan semuanya manjadi bukti jelas bahwa dasar alam ini berkaitan dengan masa yang dimulai pada suatu waktu tertentu. Karena itu, ia adalah bagian dari materi yang huduts baru. Itu artinya pastilah ada sang Pencipta yang azali bagi alam semesta ini yang tidak berawalan. Dia memiliki kekuatan menciptakan segala sesuatu. Seorang ilmuwan Barat, Erving William, mengatakan “Astronomi, misalnya, menunjukkan bahwa alam semesta ini memiliki awalan pada masa lampau dan sedang bergerak ke arah akhir yang sudah pasti. Tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan jika kita menyakini bahwa alam semesta ini adalah azali, yang tidak mempunyai awalan, atau abadi, tanpa akhiran, karena ia berdiri di atas dasar perubahan yang terus menerus” Dalam hal ini Allah ta’ala berfirman خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ 35 أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ [الطور 35 ، 36] Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka yang telah menciptakan langit dan bumi itu bahkan mereka tidak meyakini. QS at-Thur 35-36 Fenomena Iradah Kehendak Sudah menjadi aksioma bagi akal, bahwa sesuatu yang tersusun rapi tentu ada ilmu, kehendak, kemampuan, dan kehidupan. Di mana pun ada sifat-sifat semacam itu, tentu ada Zat yang dapat memanifestasikannya. Matahari, misalnya, adalah salah satu diantara benda-benda angkasa yang mempunyai keistimewaan dan hukum yang khas. Matahari sebagai pusat perputaran di antara bintang-bintang yang berputar secara teratur, termasuk bumi yang sedang kita tempati sekarang ini, tentu tidak bergerak dengan sendirinya, tetapi atas kehendak Zat Yang Maha Berkehendak. Begitu juga manusia, dengan mekanisme yang luar biasa, pabrik yang menakjubkan, pemilik pencernaan dan pemilik sistem pembuangan; Pohon dengan akar dan kulit, pokok pohon dengan getah yang naik turun dan proses yang terjadi seperti fotosintetis, interaksi, formasi dan produksi dalam berbuah dan berbunga; alam atom dengan apa yang di dalamnya mengandung kekuatan, gerakan, dan persenyawaan serta apa-apa yang dihasilkan darinya melalui reaksi-reaksi. Bukankah semua ini menunjukan adanya kehendak yang agung yang bersumber dari Zat Maha Pintar dan Maha Bijaksana. Dia berkehendak menentukan segala sesuatu sebagai ketetapan terbaik. نَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ 82 فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 83 [يس 82 ، 83] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia. Maka Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Qs. Yasin 82-83 Fenomena Hidup Sungguh menakjubkan ketika kita melihat dengan mata kepala kita sendiri pada organ-organ tubuh yang terdapat pada makhluk hidup dan akan bertambah takjub ketika melihat lebih teliti lagi akan ketepatannya, kerjasama di antara bagian-bagiannya, kolaborasi akan tugas-tugasnya, sirkulasi di antara beberapa faktor pertumbuhan sesuai dengan proporsi yang dibutuhkan, sesuai dengan umur, spesies, dan kelompok masing-masing. Hal tersebut terjadi baik dalam tubuh manusia, tubuh hewan, tubuh serangga, maupun tubuh tumbuh-tumbuhan. Lebih menakjubkan lagi jika mengetahui melalui mikroskop dan analisis tentang apa-apa yang tersusun dari organ-organ tersebut atas kerjasama yang unik tentang tugas-tugas organ. Di atas bumi ini terdapat miliaran makhluk hidup dan setiap satu dari mereka mengundang rasa takjub yang tidak ada habis-habisnya. Jumlah yang bermiliaran itu terbagi menjadi ribuan jenis dan spesies. Setiap jenis dan spesies mempunyai keistimewaannya sendiri-sendiri, kelebihan, bentuk tubuh, cara makan, cara hidup dan masing-masing mempunyai kerumitan hidup sendiri. Seluruhnya tersedia rezeki dan dan makanan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Perkembangan hidup ini tidak dapat dijelaskan kecuali dengan keberadaan Allah. Adanya segala jenis spesies tidak dapat ditafsirkan tanpa adanya Allah. Juga, segala sesuatu yang menyangkut keajaiban makhluk hidup tidak dapat dijelaskan tanpa keberadaan Allah. Setiap bagian terkecil dari semua ini menunjukkan tanda-tanda keberadaan Allah. الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ [الملك 2 Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun QS al-Mulk 2 Bagaimanapun pintarnya manusia, ia tak akan sanggup menciptakan seekor lalat pun. Allah swt berfirman يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ [الحج 73[ Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pulalah yang disembah. al-Hajj 73 Fenomena Istijabah Do’a Banyak kejadian yang dialami manusia mempunyai hubungan erat dengan fenomena istijabah pengabulan do’a. Dalam berbagai kesempatan, kita dapat menemukan pertolongan yang tidak disangka-sangka atau terkabulnya do’a yang terjadi tidak biasa. Secara sekilas, manusia merasakan adanya pengaruh kekuasaan Allah dengan dikabulkan do’anya. Kejadian semacam ini membuktikan keberadaan Allah azza wa jalla. Allah swt berfirman أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ [النمل 62 Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu manusia sebagai khalifah di bumi. Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya. QS an-Naml 62 Fenomena istijabah terkabulnya do’a ini akan selalu terjadi setiap kali syarat-syaratnya terpenuhi. Yang paling jelas dalam hal ini adalah do’a istisqo’ do’a minta hujan, di mana kaum muslimin mengadukan kepada Allah keadaan mereka di musim paceklik, dan seringkali permohonannya terkabul. Hal ini menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa ada wujud tertentu yang mempunyai Zat Mahatinggi, selalu mendengar seruan do’a seseorang, memperhatikan permohonan do’anya, dan apabila Dia menghendaki, dikabulkan do’a orang tersebut, kapan saja dan dengan cara apa saja, baik ia seorang muslim maupun Narasumber utama artikel ini Zaini Munir Fadloli Dalam Kitab Aqidatul Awam Karangan syeikh ahmad marzuki disebutkan 20 Sifat Wajib Allah SWT yang perlu diketahui, Yang dimaksud sifat wajib di sini adalah sesuatu yang pasti ada atau dimiliki Allah SWT Sifat Allah SWT yang dua puluh tersebut adalah sebagai berikut beserta penjelasannya1. Wujud AdaAllah SWT adalah Tuhan yang wajib kita sembah itu pasti ada. Allah SWT, ada tanpa ada perantara sesuatu dan tanpa ada yang mewujudkan. Firman Allah SWTإِنَّنِي أَنَا اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي طه،14."Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." QS. Thaha 14.Kalau sekarang manusia tidak bisa melihat Allah SWT, itu karena memang ada hijab sehingga manusia tidak mampu melihat Allah SWT, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Musa AS QS. Al-A'raf 143. Kelak di surga, ketika hijab itu diangkat, manusia akan mampu melihat jelas Dzat Allah SWT dan dengan mata telanjang. Sabda Nabi SAWعَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ فَنَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ فَقَالَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ رواه البخاري ومسلم."Dari Jarir bin Abdillah RA ia berkata, "Suatu malam kami berkumpul bersama Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW melihat bulan purnama, lalu bersabda, "Sesungguhnya kelak kalian akan melihat Tuhan kalian sama jelasnya seperti kalian melihat bulan purnama ini, kalian tidak silau ketika melihatnya" HR. Bukhari dan Muslim.Adanya alam semesta beserta isinya merupakan tanda bahwa Allah SWT ada. Dialah yang menciptakan alam raya yang menakjubkan Qidam DahuluSebagai Dzat yang menciptakan seluruh alam, Allah SWT pasti lebih dahulu sebelum makhluk. Firman Allah SWTهُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ الحديد،3.“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu." QS. al-Hadid 3.Dahulu bagi Allah SWT tanpa awal. Tidak berasal dari tidak ada kemudian menjadi Ada. Sabda Nabi SAWعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ، كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ رواه البخاري والبيهقي."Dari Imron bin Hushain RA, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT ada dengan keberadaan tanpa permulaan dan belum ada sesuatupun selain-Nya." HR. al-Bukhari dan al-Baihaqi.3. Baqa’ KekalArti baqa' adalah bahwa Allah SWT senantiasa ada, tidak akan mengalami kebinasaan atau rusak. Dalam al-Qur’an disebutkanكُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ الرحمن، 26-27.“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." QS. ar-Rahman 26-27.Allah SWT adalah Dzat yang Maha Mengatur alam semesta. Dia selalu ada selama-lamanya dan tidak akan binasa untuk mengatur ciptaan-Nya itu. Hanya kepada-Nya seluruh kehidupan ini akan kembali. Firman Allah SWTكُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ القصص، 88."Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." QS. al-Qashash 88.4. Mukhalafatu Lilhawaditsi, Berbeda dengan makhlukAllah SWT pasti berbeda dengan segala yang baru makhluk. Perbedaan Allah SWT dengan makhluk itu mencakup segala hal, baik dalam sifat, dzat dan perbuatannya. Firman Allah SWTلَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ. الشورى، 11."Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." QS. as-Syura 11.Apapun yang terlintas di dalam benak dan pikiran seseorang, maka Allah SWT tidak seperti yang dipikirkan itu. Imam Ahmad mengatakanمَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ بِخِلاَفِ ذَلِكَ. الفرق بين الفرق، 20."Apapun yang terlintas di benakmu tentang Allah SWT maka Allah SWT tidak seperti yang dibayangkan itu." Al-Farqu Bainal Firoq, 20.Karena itulah seorang mukmin tidak diperkenankan membahas Dzat Allah SWT karena ia tidak akan mampu untuk melakukannya. Justru ketika ia menyadari akan kelemahannya itu, maka pada saat itu sebenarnya ia telah mengenal Allah SWT. Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq mengatakanاَلْعَجْزُ عَنْ دَرْكِ اْلإِدْرَاكِ اِدْرَاكٌ وَالْبَحْثُ عَنْ ذَاتِهِ كُفْرٌ وَإشْرَاكٌKetidak-mampuan untuk mengetahui Allah SWT adalah sebuah kemampuan. Sedangkan membahas Dzat Allah SWT adalah kufur dan Qiyamuhu binafsih berdiri sendiriBerbeda dengan makhluk yang masih membutuhkan sesuatu yang lain diluar dirinya, Allah SWT tidak butuh terhadap sesuatu apapun. Allah SWT tidak membutuhkan tempat dan dzat yang menciptakan. Dalam hal ini Allah SWT berfirmanإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ العنكبوت، 6."Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam." QS. al-Ankabut 6.Allah SWT Maha Kuasa untuk mewujudkan sesuatu tanpa membutuhkan bantuan makhluk-Nya. Tetapi merekalah yang membutuhkan Allah SWT. Firman Allah SWTيَاأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلىَ اللهِ وَاللهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ فاطر، 15."Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji." QS. Fathir 15.Allah SWT tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Bahkan terhadap ibadah yang dilakukan seorang hamba, Allah SWT tidak membutuhkannya. Ketika Allah SWT mensyariatkan shalat, puasa, zakat, haji, sedekah dan lain sebagainya, maka itu bukan karena Allah SWT membutuhkannya. Tetapi karena di dalamnya ada manfaat besar yang akan dirasakan oleh orang-orang yang melaksanakan-Nya. Jadi ibadah itu bukan untuk kepentingan Allah SWT, tetapi itu adalah kebutuhan kita sebagai Wahdaniyat Esa/satuAllah SWT satu/esa, tidak ada tuhan selain Diri-Nya. Allah SWT Maha Esa dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya. Firman Allah SWTقُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ الأنبياء، 108."Katakanlah "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri kepada-Nya". QS. al-Anbiya' 108.7. Qudrat KuasaAllah SWT Maha Kuasa dengan kekuasaan yang tidak terbatas. Kekuasaan Allah SWT meliputi terhadap segala sesuatu. Kuasa untuk mewujudkan dan meniadakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Allah SWT berfirmanوَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الحشر، 6.“Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." QS. al-Hasyr 6.8. Iradah BerkehendakAllah SWT Maha berkehendak, dan tidak seorangpun yang mampu menahan kehendak Allah SWT. Dan segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT berfirmanقُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً. الفتح، 11."Katakanlah "Maka siapakah gerangan yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfa`at bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." QS. al-Fath 11.Allah SWT juga berfirmanإِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ يس، 82."Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya "Jadilah!" maka terjadilah ia." QS. Yasin 82.9. Ilmu MengetahuiAllah SWT adalah Dzat yang Maha Menciptakan, maka Ia pasti mengetahui segala sesuatu diciptakan-Nya. Allah SWT mengetahui dengan jelas akan semua perkara yang jelas tampak ataupun yang samar, tanpa ada perbedaan antara keduanya. Allah SWT berfirmanإِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى. الأعلى، 7.“Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.” QS. al-A’la 7.10. Hayat HidupAllah SWT Maha Hidup, dan hidup Allah SWT adalah kehidupan abadi, tidak pernah dan tidak akan عَلَى ٱلْحَيِّ ٱلَّذِي لاَ يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً. الفرقان 58."Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup Kekal Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya." QS. al-Furqan 58.11. Sama’ MendengarAllah SWT Maha Mendengar. Namun pendengaran Allah SWT tidak sama dengan pendengaran manusia yang bisa dibatasi ruang dan waktu. Allah SWT mendengar dengan jelas semua yang diucapkan hamba-Nya. Pendengaran Allah SWT tidak berbeda pada perkara yang dhahir atau yang bathin. Firman Allah SWTإِنَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ. الدخان 6."Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." QS. ad-Dukhan 6.12. Bashor MelihatAllah SWT Maha melihat segala sesuatu. Baik yang nampak ataupun yang samar. Bahkan andaikata ada semut yang sangat hitam berjalan di tengah malam yang gelap gulita, Allah SWT dapat melihatnya dengan ٱلسَّمَاوَاتِ وَٱلأَرْضِ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً وَمِنَ ٱلأَنْعَامِ أَزْواجاً يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ. الشورى 11."Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." QS. as-Syura 11.13. Kalam BerfirmanAllah SWT Maha berfirman, namun firman Allah SWt tidak sama seperti perkataan manusia yang terdiri dari suara dan susunan kata-kata. Firman Allah SWT, tanpa suara dan قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلاً لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ ٱللهُ مُوسَىٰ تَكْلِيماً. النساء 164."Dan kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." QS. an-Nisa’ 164.14 Qodiron Allah Maha Berkuasa , 15 Muridan Allah Maha Berkehendak, 16 Aliman Allah Maha Mengetahui, 17 Hayyan Allah Maha Hidup, 18 Sami’an Allah Maha Mendengar, 19 Bashiron Allah Maha Melihat, dan 20 Mutakalliman Allah Maha Berbicara.1. Sifat Nafsiah adalah bernisbat pada kata nafsi jiwa maksudnya Dzat dan sifat nafsiah adalah tidak masuk akal bila Dzat tanpa sifat ini yaitu Esa Wujudnya. jadi sifat ini hanya satu yaitu "wujud".2. Sifat Salbiah adalah bernisbat pada kata salbu maksudnya mentiadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah. Sifat salbiyah tersebut ada 5 yaitu Qidam, Baqa’, Mukholafatuhu Lilhawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan Sifat Ma’ani. sifat yang pasti ada pada Dzat Allah SWT. Sifat Ma’ani ini ada 7 yaitu Qudrat sifat berkuasa, Irodat berkehendak, Ilmu berilmu, Hayat hidup, Sama' mendengar, Bashor melihat dan Kalam berbicara.4. Sifat Ma’nawiyah adalah sifat yang mulazimah menjadi akibat dari sifat ma'ani, Sifat Ma'nawiyah ini ada 7 yaitu Qodiron, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami'an, Bashiron, Mutakalliman.

sir allah dzat allah sifat allah wujud allah